oleh: Moh Alwi Ismail (Mutakhorrijin tahun 2019)
Literasi pada dasarnya mengacu pada kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan ini juga tidak dapat dilepaskan dari kemampuan menyimak dan berbicara. Dengan demikian, literasi identik juga dengan kemampuan menyeluruh keterampilan berbahasa, yang terdiri dari kemampuan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan sebagainya.
Sebenarnya santri dan literasi adalah 2 hal yang tidak dapat dipisahkan, mengapa? Karena santri merupakan orang yang sedang belajar, khususnya belajar ilmu-ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Dalam prosesi belajar ini, tentu tidak akan terlepas dari membaca, memahami, berdiskusi, dan lain sebagainya.
Dulu, para santri hanya terbatas pada kitab-kitab kuning yang diajarkan oleh Kiai. Namun, di zaman modern ini, para santri tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang keilmuan agama saja, tapi juga harus menguasai bidang keilmuan lainnya, sehingga sangat diperlukan juga pembelajaran dari “kitab-kitab putih” atau buku.
Dengan berbagai penguasaan bidang keilmuan ini, sudah seharusnya para santri juga mampu memberikan kontribusi besar bagi dunia, terlebih bagi dunia pendidikan, sehingga mampu menghasilkan karya-karya yang bisa dijamah oleh masyarakat, utamanya dalam lingkup literasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencontoh ulama’-ulama’ terdahulu yang sangat produktif berkarya dan mengajar bangsa. Terutama pada era modern seperti sekarang, di mana teknologi berkembang pesat. Ini bisa dimanfaatkan oleh santri literat sebagai media untuk berdakwah.
Dalam suatu riwayat, Imam Al-Ghazali pernah berbicara seperti ini: “Ketika kamu bukan anak raja, dan juga bukan anak ulama’ besar, maka menulislah!”. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya berkarya bagi santri, agar kelak karyanya dapat dibuat rujukan yang mampu membantu memberikan pemahaman kepada pembaca, khususnya untuk kalangan penuntut ilmu atau pelajar.
Sudah saatnya santri melek literasi, menjadi santri literat yang hebat dengan banyak belajar, mengembangkan keilmuannya serta mengabadikannya melalui karya-karyanya yang dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh para pembaca dan juga memanfaatkan media sosial sebagai media dakwah yang efektif.