Oleh : Ning Firda Anidiyah Setia Ningsih, S.H.I. AH.
Perkembangan teknologi ke arah serba digital saat ini semakin pesat. Pada era digital seperti ini, manusia secara umum memiliki gaya hidup baru yang tidak bisa dilepaskan dari perangkat yang serba elektronik. Teknologi menjadi alat yang mampu membantu sebagian besar kebutuhan manusia serta mempermudah melakukan apapun tugas dan pekerjaan. Peran penting teknologi inilah yang membawa peradaban manusia memasuki era digital. Semakin canggihnya teknologi, akses internet dan sistem informasi di masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia. Semua telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas, sepenuhnya di tangan manusia, jauh melampaui kedigdayaan era radio dan televisi bebedapa dekade lalu.
Hampir semua aspek di pendidikan tidak lagi latah dalam berinteraksi dengan produk-produk digital. Demikian juga di dunia pesantren. Pemanfaatan teknologi seperti cctv online, absensi digital, website, pembayaran digital, e-sillabus dan sistem pembelajaran, ujian, dan mekanisme penilaian, pemasaran dan lain sebagainya semua telah menyentuh ranah digital. Tak terkecuali mengaji.
Masyarakat NU menyambut gembira dengan kehadiran Gus Baha yang semakin populer di kalangan santri online maupun offline beliau. Hampir semua administrator konten di media video online seperti Youtube yang menggelar pengajian online Gus Baha memiliki pengikut yang mencapai puluhan ribu follower dan ditonton oleh ratusan ribu bahkan jutaan viewer. Bisa dibayangkan berapa juta total santri jamaah online yang semuanya mengais sanad beliau dan menimba hikmah ilmu yang banyak dari beliau. Dari aspek bisnis pun, tak kalah mencengangkan. Terhitung puluhan bahkan ratusan juta telah diraup oleh administrator pengajian-pengajian online ini setiap bulannya.
Sebelum Gus Baha melejit, pengikut pengajian-pengajian online juga telah memenuhi jagat maya. Ustadz-ustadz online pun telah lebih dulu bermunculan dengan berbagai latar belakang. Terlepas dari kacamata bisnis dan keuntungan dari iklan dan google track, Syiar Islam di era ini telah memperoleh warna baru. Kemudahan akses melalui handphone, membuat provider menyediakan konten-konten islami seperti aplikasi Al-Quran di smartphone, konten belajar Islam, Belajar mengaji dan lain-lain. Sudah bukan tabu lagi bahwa buku dan kitab telah banyak digantikan dengan produk-produk e-book dan e-kitab. Semua disediakan dengan leluasa di dunia digital.
Santri di era digital dituntut untuk segera mempersiapkan diri dengan segala konsekwensi perubahan era ini. Yang pertama adalah Kesiapan personal. Dengan demikian santri akan lebih maju lagi dalam menuntut ilmu, mengkaji hikmah dan memperdalam referensi dengan harapan akan lebih memadai dalam kebersiapan mental attitude, spiritual dan emosional. Kedua adalah kesiapan eksternal. Kemampuan diri dalam menguasai panggung kehidupan di era digital ini membuat seorang santri menjadi lebih tatag (mampu dan bernilai) dalam bermasyarakat baik di dunia maya seperti facebook dan media sosial lainnya, ataupun bernilai di masyarakat sekitarnya. Santri nantinya juga akan dituntut untuk mampu mengejawantah konten digital seperti media online dan memanfaatkannya dalam penyebatan syiar Islam serta membimbing masyarakat untuk beragama dan bersosial dengan lebih baik dan paripurna.