oleh: Eko Ariwiyantoro (siswa kelas XI MA NU ASSALAM)
Barang siapa menginginkan dunia maka dengan ilmu, barang siapa menginginkan akhirat maka dengan ilmu, barang siapa menginginkan keduanya maka dengan ilmu.
Madrasah
“Kenapa memilih madrasah sebagai tempat mencari ilmu??” Ketika dihadapkan pertanyaan semacam itu kebanyakan pelajar menjawab “karena madrasah tidak hanya mengajarkan ilmu alam seperti: sains, matematika, teknologi, ketatanegaraan, dll. Tetapi ilmu agama juga diajarkan di sini, seperti: aqidah, hadist, fiqih, tafsir dll. Namun beberapa mereka hanya sekadar menyatakan bahwa madrasah adalah madrasah, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Madrasah pada umumnya mengajarkan begitu banyak ilmu yang lebih kompleks dalam hal pengetahuan, namun hal itu dirasa kurang efektif karena penggunaan waktu yang relatif singkat dengan banyak mata pelajaran yang harus diajarkan, sehingga pembelajarannya hanya tertumpu pada teoritis, tanpa diimbangi dengan praktik. Hal semacam ini dapat menjadi bumerang bagi pelajar yang pasif dalam mengembangkan ilmunya di luar lingkungan madrasah. Oleh sebab itu, pelajar harus dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari madrasah dalam kehidupan bermasyarakat. Tetapi, meskipun demikian belajar di madrasah jauh lebih baik dibandingkan dengan belajar di lembaga yang notabenenya tidak ada pelajaran akhlaq, karena pada hakikatnya tujuan belajar itu membentuk manusia yang beradab, bukan biadab.
Madrasah berbasis Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tempat memperdalam ilmu agama islam, agar dapat melestarikan ilmu-ilmu tersebut dengan tujuan menjadi kader ulma’, pemimpin umat, dan pemimpin bangsa. Pesantren menggunakan metode sorogan dan halaqoh (ceramah) dalam pembelajarannya, dengan maksud agar santriwan/santriwati mampu menghafal sekian banyak ayat, hadits, dan pelajaran-pelajaran lainnya di luar kepala. Oleh sebab itu, madrasah yang berbasis pesantren adalah kombinasi lembaga pendidikan yang sangat tepat untuk melaksanakan perintah Allah, yaitu mencari ilmu. Karena dalam lembaga ini keduanya dapat saling melengkapi satu sama lain, sehingga kedua lembaga ini dapat memberikan begitu banyak ilmu. Tidak hanya ilmu agama dan ilmu umum yang diajarkan secara teoritis, melainkan juga praktek yang secara mendalam, praktek ilmu agama seperti: memandikan jenazah, membaca kitab kuning, adab bersosialisasi, dll. Ilmu alam seperti: bersosialisasi dengan bahasa arab dan bahasa inggris di hari tertentu, teknologi dengan membuat majalah, dll. Itu dikarenakan waktu yang dimiliki pelajar relatiflebih lama, dengan maksud praktik diharapkan seorang pelajar cekatan dan kritis dalam menghadapi persoalan di kehidupanya, sehingga dengan begitu Indonesia dapat terbebas dari kerusakan ilmu serta mampu mencetak pelajar-pelajar yang mempuyai intelektualitas tinggi yang bermoral.
Penutup
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan. Sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh semua makhluk yang ada di langit dan bumi, sampai ikan-ikan yang ada dalam air sekalipun. Dan sesungguhnya keutamaan orang berilmu atau orang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu pewaris nabi karena para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham melainkan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya sungguh ia telah mengambil bagian yang paling banyak.” Riwayat Abu Dawud dalam kitab al-‘ilm , sunan ibn majah dalam kitab al-muqaddimah , al-tirmidzi dalam kitab abwab al-‘ilm.